Blue Feather Competition (Excerpts from Bahasa Story Writing)

Title: Es Teh Manis Hangat (by: Alana Malise Jade Haryantono)

Paragraph: Maju cepat ke dua minggu kemudian. Sejak percakapan singkat itu, Ume tidak lagi berkunjung. Dia bahkan tidak pernah melewati warung itu. Hingga suatu malam, Ume muncul dan duduk di bangku yang biasa ia duduki. Matanya bengkak karena menangis, wajahnya penuh dengan memar dan begitu juga tubuhnya. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan korek api dan mulai berbicara dengan Hanna seperti biasanya.

Title: Orang Memanggilku Evelyn Lie (by: Denise Didi Prasetyo)

Evelyn ingat pembicaraan dengan kedua sahabat karibnya hampir setahun yang lalu di tengah-tengah padatnya persiapan ujian masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), “Kamu gila? Ujian universitas yang kamu mau itu susah sekali.” Kemudian Salsabila melanjutkan kalimatnya,” Tetapi untuk temanku satu ini yang bernama Evelyn Einstein, aku yakin kau bisa lah tembus masuk ke universitas tersebut.” Katanya ringan.Dan hari penentuan pengumuman ujian masuk PTN tersebut pun tiba. Kedua anak tersebut telah janjian untuk melihat hasil ujian masuk PTN tersebut bersama-sama lewat surat kabar. Salsabil ataupun Evelyn bergulat dengan hatinya yang berdegup keras. Deg…”Boom, selamat kawanku tercinta” Sahut Putri yang tadi ikut nimbrung mau melihat pengumuman ujian masuk PTN bersama Evelyn dan Salsabila.Evelyn termangu namanya tidak ada di koran tersebut. Hatinya seperti dihantam batu yang keras sehingga kakinya terasa seperti akan jatuh kapan saja. Dia begitu kecewa. Di Tengah kekecewaannya terdengar suara Putri membisikkan padanya,” Evelyn, bukan saya rasis. Kalau kamu diterima itu malah aneh. Mana ada anak keturunan Tionghua diterima di fakultas yang kamu pilih tersebut. Kalau ada malah aneh.”

Title: Topeng Itu Bernama Kepalsuan (by: Michael Farren Prabawa)

lagi hidup. Dalam beberapa hari akhirnya saya tahu, semua live, semua produk, semua hal yang ia tunjukan di sosmednya, semua tak ada yang di sponsori, tak ada yang ia dikasih oleh bisnis-bisnis itu, semua ia danai sendiri, produk, biaya editing, baju, semua dia yang mendanai bergerak maju dengan hutang yang melilit lehernya, hanya untuk memuaskan para hewan buas bertopeng manusia di sosmed, “Menjijikan!” saya berkata ke diri sendiri, dalam saat itu, saat aku sendiri dengan kehampaan dalam di hatiku aku pun sadar “cahaya palsu menyinar lebih terang dari pada matahari, terbenam atau naik, pasti akan terus dibutakan sampai akhirnya yang tak ada yang jujur dan benar dibalik cahaya palsu…” dengan itu saya berjalan menuju batu dengan ukiran namanya, menjatuhkan bunga natal baru dan meneteskan air terakhir sebelum berjalan maju.

Contact Us Application
Whatsapp